Slideshow


Status YM

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 20 Desember 2009

Akan kah anda benar benar teruji Dalam Teknik Komputer & Jaringan

Bila anda semua memang berkecimbung dalam dunia Komputer dan Jaringan seharusnya kalian akan merasa senang sekali bila mendapatkan tugas tugas yang diberikan olehclass="fullpost">
guru produktif. Untuk itu apabila anda menghadapi soal UN (Ujian Nasional) maka anda tidak harus belajar dari awal. Karena ini merupakan pekerjaan sehari-hari.

Dibawah ini ada contoh soal yang akan anda kerjakan semua.....

1. Alat yang digunakan untuk menguji kabel jaringan (UTP yang sudah tersambung
dengan korektor adalah…
A. Tang Crimping D. Tespen
B. Multimeter E. Obeng
C. LAN Tester

2. Kelangsungan kerja jaringan komputer yang tidak tergantung pada satu server
adalah salah satu ciri jaringan…
A. Peer to peer D. BUS
B. Client – Server E. TOKEN RING
C. STAR
Untuk selanjutnya silahkan hubungi kami.....

Jumat, 18 Desember 2009

NTLDR pada booting windows XP

Untuk menghadapi permasalahan tidak bisa booting pada windows XP “NTLDR is Missing” seperti di gambar....



NTLDR is missing merupakan permasalahan umum yang sering terjadi pada sytem windows

Penyebabnya:


1. Tidak terdeteksi komputer melakukan booting dari source non-bootable, Atau Harddisk komputer tidak diset dengan baik di BIOS
2. Kesalahan akibat konfigurasi file boot.ini
3. File NTLDR dan NTDETECT.COM rusak.
5. Harddisk baru ditambahkan.
6. Boot sector / Master Boot Record (MBR) rusak.
7. Terlepas atau rusaknya kabel IDE harddisk

Bagaimana cara mengatasi permaslahan ini.???

STEP by STEP :

1. Boot komputer dari CD Installer Windows XP
2. Pilih opsi Repair (R) dengan menekan tombol R
3. Setelah masuk konsole Windows, ada pilihan prompt di mana Windows folder berada, misalnya 1: C:\Windows, maka ketikkan 1 (enter)
4. Jika ada, masukkan password Administrator. Jika tidak ada, langsung tekan (Enter)
5. Ketik perintah berikut : (X: merupakan drive pengganti untuk CDROM).

COPY X:\i386\NTLDR C\:
COPY X:\i386\NTDETECT.COM C:\

6. Keluarkan CD dari CDROM lalu ketik exit.
7. Restart Komputer dan silakan lihat perubahan yang terjadi.

Langkah ini dapat menangani pesan error NTLDR is Missing seperti etaxcrew pernah alami sebelumnya....

Tapi jika anda tidak mau direpotkan dengan kasus ini bisa mengunakan hardisk anda sebagai slave lalu copy file NTLDR dan NTDETECT.COM dari komputer lain tapi yang sama dengan Sistem Operasinya. kedua file terletak di direktori root harddisk utama. Misalnya: C:\NTLDR dan C:\NTDETECT.COM.

Rabu, 02 September 2009

Perhitungan Subnetting

Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.

Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:

Subnet Mask Nilai CIDR
255.128.0.0 /9
255.192.0.0 /10
255.224.0.0 /11
255.240.0.0 /12
255.248.0.0 /13
255.252.0.0 /14
255.254.0.0 /15
255.255.0.0 /16
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 - 2 = 62 host
3. Blok Subnet = 256 - 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Subnet
192.168.1.0
192.168.1.64
192.168.1.128
192.168.1.192
Host Pertama
192.168.1.1
192.168.1.65
192.168.1.129
192.168.1.193
Host Terakhir
192.168.1.62
192.168.1.126
192.168.1.190
192.168.1.254
Broadcast
192.168.1.63
192.168.1.127
192.168.1.191
192.168.1.255
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.128.0 /17
255.255.192.0 /18
255.255.224.0 /19
255.255.240.0 /20
255.255.248.0 /21
255.255.252.0 /22
255.255.254.0 /23
255.255.255.0 /24
Subnet Mask Nilai CIDR
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 - 2 = 16.382 host
3. Blok Subnet = 256 - 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0
172.16.64.0
172.16.128.0
172.16.192.0
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.64.1
172.16.128.1
172.16.192.1
Host Terakhir
172.16.63.254
172.16.127.254
172.16.191.254
172.16.255.254
Broadcast
172.16.63.255
172.16.127.255
172.16.191.255
172.16..255.255
Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 27 - 2 = 126 host
3. Blok Subnet = 256 - 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
172.16.0.0 172.16.0.128 172.16.1.0 … 172.16.255.128
Host Pertama 172.16.0.1 172.16.0.129 172.16.1.1 … 172.16.255.129
Host Terakhir 172.16.0.126 172.16.0.254 172.16.1.126 … 172.16.255.254
Broadcast 172.16.0.127 172.16.0.255 172.16.1.127 … 172.16.255.255
Masih bingung juga? Ok sebelum masuk ke Class A, coba ulangi lagi dari Class C, dan baca pelan-pelan ;)
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 216 - 2 = 65534 host
3. Blok Subnet = 256 - 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet
10.0.0.0 10.1.0.0 … 10.254.0.0 10.255.0.0
Host Pertama 10.0.0.1 10.1.0.1 … 10.254.0.1 10.255.0.1
Host Terakhir 10.0.255.254 10.1.255.254 … 10.254.255.254 10.255.255.254
Broadcast 10.0.255.255 10.1.255.255 … 10.254.255.255 10.255.255.255
Mudah-mudahan sudah setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat, tunggu di artikel berikutnya ;)
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x - 2
Tahap berikutnya adalah silakan download dan kerjakan soal latihan subnetting. Jangan lupa mengikuti artikel tentang Teknik Mengerjakan Soal Subnetting untuk memperkuat pemahaman anda dan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan soal dalam waktu terbatas.



sumber http://www.ari027.blogspot.com/2009/03/perhitungan-subnetting.html

Cara Menghitung Subnet pada Kelas C

Konsep subnetting sebetulnya melingkupi pertanyaan-pertanyaan berikut:

* Berapa banyak subnet yang bisa dihasilkan sebuah subnet mask?
* Berapa banyak host yang valid pada setiap subnet?
* Subnet-subnet mana saja yang valid?
* Mana yang termasuk broadcast address untuk setiap subnet.
* Host-host mana saja yang valid untuk setiap subnet.

Subnetting Pada Alamat Kelas C

Pada alamat kelas C, hanya tersedia 8 bit untuk mendefinisikan host. Subnet mask kelas C yang mungkin adalah sebagai berikut :

Binary;Desimal; Singkatan

10000000; 128; /25 (tidak valid)
11000000; 192; /26
11100000; 224; /27
11110000; 240; /28
11111000; 248; /29
11111100; 252; /30
11111110; 254; /31 (tidak valid)

Untuk contoh perhitungan subnetting, saya menggunakan 255.255.255.192

192 = 11000000

Pada bilangan binary diatas (11000000), bit 1 mewakili bit-bit subnet dan bit 0 mewakili bit-bit host yang tersedia pada setiap subnet. 192 memberikan 2 bit untuk subnetting dan 6 bit untuk mendefinisikan host pada masing-masing subnet.

Apa saja subnet-subnetnya? Karena bit-bit subnetnya tidak boleh semuanya off (bernilai 0 semua) atau on (bernilai 1 semua) pada saat yang bersamaan, maka ada 2 subnet mask yang valid.

01000000 = 64
10000000 = 128

Alamat dari host yang valid akan didefinisikan sebagai nomor-nomor diantara subnet-subnet tersebut, dikurangi dengan dua nomor; 1)nomor yang semua bit host bernilai 0 (off) dan, 2) nomor dengan bit host bernilai 1 (on).

Untuk menentukan host-host ini, pertama kita harus menentukan subnet dengan membuat semua bit host off, lalu membuat semua bit host on untuk mencari alamat broadcast untuk subnet tersebut. Host yang valid harus berada diantara kedua nomor atau alamat tersebut.

Subnet 64
01000000 = 64 (Network)
01000001 = 65 (Host pertama yang valid)
01111110 = 126 (Host terakhir yang valid)
01111111 = 127 (Broadcast)

Subnet 128
10000000 = 128 (Network)
10000001 = 129 (Host pertama yang valid)
10111110 = 191 (Host terakhir yang valid)
10111111 = 192 (Broadcast)

Mungkin kelihatan agak rumit yah, sekarang kita coba cara cepat dan gampang untuk menghitung subnet. Pada bagian ini penting sekali untuk menghafalkan hasil-hasil pemangkatan angka 2.
Berikut cara cepatnya :

*

Jumlah subnet : 2^x – 2 = jumlah subnet. X adalah jumlah bit 1 disubnet mask. Contoh disubnet mask 11000000, jumlah bit 1 ada 2, maka jumlah subnet 2^2 – 2 = 2 subnet.
*

Jumlah Host : 2^y – 2 = jumlah host persubnet. Y adalah jumlah bit dibagian host atau bit 0. Contoh disubnet mask 11000000, jumlah bit 0 ada 6, maka jumlah host persubnet adalah 2^6 – 2 = 62 host.
*

Subnet yang valid : 256 – subnet mask = ukuran blok atau bilangan dasar. Contoh, 256 – 192 = 64. Maka 64 adalah blok size dan subnet pertama adalah 64. Subnet berikutnya adalah bilangan dasar ditambah dirinya sendiri, atau 64 + 64 = 128 (sebnet kedua). Teruslah ditambah bilangan dasar pada dirinya sendiri mencapai nilai dari subnet mask, yang bukan merupakan subnet yang valid karena semua bit-nya adalah 1 (on).
*

Alamat broadcast untuk setiap subnet : Alamat broadcast adalah semua bit host dibuat menjadi 1, yang mana merupakan nomor yang berada tepat sebelum subnet berikutnya.
*

Host yang valid : Host yang valid adalah nomor diantara subnet-subnet dengan menghilangkan semua 0 dan semua 1.

Sampai disini gimana…? Masih belum paham…?
OK. Untuk memuaskan hasrat narsis Anda (hehehe), saya akan memberikan beberapa contoh soal.

Alamat network = 192.168.10.0; subnet mask = 255.255.255.240;

* Jumlah Subnet ? 240 = 11110000 dalam binary, 2^4 -2 = 14 subnet yang valid.
* Host ? bit host = 2^4 – 2 = 14 host yang valid.
*

Subnet yang valid ? 256 – 240 = 16; 16 + 16 = 32; 32 + 16 = 48; 48 + 16 = 64; 64 + 16 = 80; 80 + 16 = 96; 96 + 16 = 112; 112 + 16 = 128; 128 + 16 = 144; 144 + 16 = 160; 160 + 16 = 176; 176 + 16 = 192; 192 + 16 = 208; 208 + 16 = 224; 224 + 16 = 240; stop. Nah,,, subnet yang valid adalah 16, 32, 64, 80, 96, 112, 128, 144, 160, 176, 192, 208, 224. 240 tidak termasuk karena sudah merupakan subnet masknya kita.
*

Alamat broadcast tiap subnet ? Selalunya adalah nomor yang terletak sebelum subnet berikutnya.
* Host yang valid ? Nomor yang terletak antara subnet dan alamat broadcast.

Alamat network = 192.168.20.0; subnet mask = 255.255.248.0;

* Jumlah subnet ? 248 = 11111000 dalam binary, 2^5 – 2 = 30 subnet.
* Host yang valid ? 2^3 – 2 = 6 host.
*

Subnet yang valid ? 256 – 248 = 8; 8 + 8 = 16; 16 + 8 = 24; dan seterusnya dimana hasilnya ditambahkan dengan dirinya sendiri dan berhenti sampai 248. Itulah subnet yang valid.
*

Alamat broadcast ? Pasti nomor yang terletak sebelum subnet berikut.
* Host yang valid ? Nomor yang terletak antara subnet dan alamat broadcast.

Alamat node = 192.168.10.33; subnet mask = 255.255.255.224;

Untuk mengerjakan soal seperti ini sangatlah gampang. Pertama, tentukan subnet dan alamat broadcast dari alamat-alamat IP diatas. Kita dapat melakukannya dengan menjawab pertanyaan nomor 3 dari kelima pertanyaan besar tadi (subnet manakah yang valid?). 256 – 224 = 32; 32 + 32 = 64. Nah… alamat node 192.168.10.33 berada diantara dua subnet dan pasti merupakan bagian dari subnet 192.168.10.32. Subnet berikutnya yaitu 64, jadi alamat broadcast yaitu 63 (ingat… bahwa alamat broadcast dari sebuah subnet selalu nomor yang berada tepat sebelum subnet berikutnya). Range host yang valid adalah 33 – 62.

Sabtu, 13 Juni 2009

Nilai Menginstalasi SO berbasis Text





Nilai yang diatas adalah nilai yang tidak mengikuti remidi....
Tugas buat siswa siswa yang remidi adalah buat rangkuman atau resume:
1. buatlah langkah-langkah menginstalasi sistem operasi berbasis text menggunakan SO redhat
2. Catatlah perintah2 dasar linux berbasis text minimal ada 25 perintah dasar

Kirim tugas kalian ke krishnaeka@gmail.com paling lambat hari senin tanggal 15 Juni 2009 jam 23.59.

Selasa, 14 April 2009

Penelitian Tindakan Kelas TIK

PRESTASI BELAJAR TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DAPAT DITINGKATKAN MELALUI METODE DOCUMENT TASK ORIENTED

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut. Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain: melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam ........


Selengkapnya hubungi kami.. (isilah dalam kotak komentar)

InginKah Anda Mendapatkan Keuntungan dari Jual Pulsa Pribadi.....

Selamat Datang di HaKa Pulsa

Selamat Datang calon agen pulsa dan dealer pulsa, kami menawarkan kepada anda untuk mengembangkan usaha anda dalam bidang Pulsa Elektrik/Pulsa Elektronik All Operator. Produk-produk isi ulang pulsa elektronik semua operator ada disini dengan harga yang bisa bersaing dengan yang laen. Dan yang menyukai dengan internet terutama dengan Yahoo Masanger atau yang sering disebut dengan YM, dengan fasilitas tersebut anda bisa melakukan transaksi menggunakan YM tersebut. Cukup dengan modal 100.000 dan ini disesuaikan dengan isi kantong anda maka dengan modal tersebut anda bisa melakukan pengisian pulsa dengan semua operator. Anda sudah dapat memulai sebuah bisnis pulsa yang menjanjikan dan menguntungkan. Bisnis pulsa ini bukan Multi Level Marketing (MLM).

klik gambar di atas untuk melihat lebih lanjut
Bila anda tertarik bisa memberikan komentar dibawah ini atau dengan mengirim email ke krishnaeka@yahoo.co.id

Senin, 16 Maret 2009

Tugas On The Job Training PaNjIE..

Profil saya :
Nama        : Panji Suwarto
Kelas       : XI TKJ Angkatan 2007
Tempat OJT  : CV.AMI KOMPUTER Semarang

Pimpinan CV AMI KOMPUTER : Bp Edi Prianto, S.Kom
Instruktur CV AMI KOMPUTER : 1. Istanto ( Mahasiswa Universitas STIKUBANK Semarang SMT 5 DIII TI )
                                                2. Ari Artanto ( Mahasiswa UDINUS SMT 1 S1 TI )

Saya akan memaparkan beberapa ilmu yang saya peroleh dari OJT (On The Job Training) saya di Program Keahlian TKJ SMKN 1 Purwodadi Tahun 2009.
Saya kebetulan mendapatkan Lokasi DUDI yang bisa dibilang enak bila dibanding dengan rekan-rekan saya yang lain. Karena disana tempat tinggal disediakan, makan terjamin, materi sesuai dengan jurusan saya, ilmu agama banyak sekali, dan tentunya teman-teman anak kuliah yang membuat saya betah tinggal di sana.

Dudi yang saya tempati adalah CV.AMI KOMPUTER Semarang.

Saya di AMI bisa dibilang sebagai Tekhnisi bagian CPU, karena di AMI sangat krisis tekhnisi disana hanya ada 2 tekhnisi yaitu satu spesialisasi monitor dan yang satu spesialisasi printer. Sedangkan pada saat saya dating tekhnisi CPU itu kosong. Namun saya tidak ingin menyombongkan diri, karena kapasitas saya sebagai anak magang yang masih krisis ilmu tentunya.

Saya melaksanakan OJT mulai tanggal 21 Desember 2008 meski program dari sekolah tanggal 22 Des – 14 Feb 2009.

Inilah rincian aktivitas dan yang saya peroleh dari CV.AMI KOMPUTER Semarang.

Hari Perdana ( 21 Desember 2008 )

Di hari pertama saya ini saya berkenalan dengan pemilik perusahaan dan karyawan yang bekerja di CV.AMI KOMPUTER Semarang sekaligus menandatangani kesepakatan jadwal kerja dan ketentuan yang berlaku di CV.AMI KOMPUTER Semarang.

Jadwal kerja saya produktif mulai pukul 07.00 s.d 17.00 WIB + Jaga Warnet and Game Center mulai pukul 19.00 s.d 23.00 (Kecuali hari Jum'at).


Minggu ke 1 ( 21 Desember 2008 s.d 27 Desember 2008 )

Didalam minggu pertama ini saya langsung diberi kepercayaan dengan mendapatkan beberapa tugas dari pak BOS.. namun saya melakukan itu semua masih dalam bimbingan instruktur yaitu mas Istanto (spesialisasi monitor ) tugas itu diantaranya :

  1. Menginstall OS Windows XP Home Edition SP 2(Driver) sebanyak 16 PC.

  2. Menginstall Program Warnet (6 PC)

  3. Melakukan setting IP Pada Game Center dan Warnet

  4. Melakukan diagnosa PC

  5. Menginstall Biling Exploler (Server+Client)

  6. Mengoperasikan Billing Exploler ( Server )

  7. Mengecek Power Suplay ( 47 PSA )

  8. Mengecek Maintboard New ( 25 Mobo )

  9. Memasang TV Tuner dan installasi Driver + Programnya.

  10. Merakit PC dari komponen-komponen New..

  11. Melakukan scan bad sector pada harddisk menggunakan Hiren's Victoria ( 16 HDD)

  12. Melakukan Recovery data dengan Get Data Back 2.1(baik NTFS maupun FAT )

  13. Melakukan komunikasi dengan Customer secara langsung.

  14. Menginstall Driver Printer Canon IP 1200.

  15. Jaga warnet (hari kedua dan ketiga) karena hari yang lainnya lembur di bagian servisan.

Minggu ke 2 ( 28 Desember 2008 s.d 3 Januari 2009 )

Di minggu kedua ini saya agak merasakan kejenuhan karena saya sudah sepakat bahwa saya hari minggu tidak libur dan siap bekerja lembur, saya merasakan capeknya satu minggu full bekerja. Di minggu kedua ini saya mengurangi jam lembur saya pada saat bos udah tidur.he.he (jangan ditiru ya..?) dan saya juga ikut tidur.di minggu kedua ini yang saya peroleh adalah :

  1. Melakukan Backup Data di HDD (4 HDD)

  2. Melakukan scan bad sector pada harddisk menggunakan Hiren's Victoria (4 HDD)

  3. Partisi HDD melalui DOS

  4. Disk Manager HDD (DM) menggunakan Hiren's Bootable.

  5. Repair OS (Windows XP Profesional Service Pack 2) di Laptop.

  6. Upgrade OS (Windows XP Profesional Service Pack 1 ke Windows XP Profesional Service Pack 2)

  7. Melakukan perakitan PC.

  8. Melakukan diagnosa PC.

  9. Jaga Warnet (28-30)karena 31 s.d 3 Jan '09 Back to Home Purwodadi.

Hanya itu yang saya peroleh karena saya sudah terkena virus anak kuliahan yang bangun kesiangan dantidak menjunjung tinggi disiplin. Jadi di minggu kedua ini saya sering molor kerja (jam 8 baru masuk ) karena bangunnya kesiangan. Namun kata BOS kinerjanya Memuaskan(tidak merugikan dan sesuai yang diharapkan).


Minggu ke 3 ( 4 Januari 2009 s.d 10 Januari 2009 )

Di minggu ketiga ini saya mendapat suntikan angin segar karena habis dari Purwodadi semangat saya kembali full dan virus anak kuliahan seakan sudah hilang. Saya bisa kerja ontime dan dapat kerja lembur lagi. AMI Semakin ada-ada saja, barang-barang bekas yang ada digudang(masih bagus tapi rusak)disuruh mengeluarkan dan mengecek kalau bisa perbaiki. Dan saya laksanakan karena lumayan kan ada 8 PC Pentium2 dan 6 PC Pentium3 namun tidak lengkap dan peripheral lainnya (scanner ,printer, OHP, dll), akhirnya saya berusaha memperbaiki semampu saya. Dan secara detailnya yang saya dapatkan di minggu ke 3 saya ini adalah :

  1. Mendiagnosis PC ( 14 Unit )

  2. Perbaikan PC

  3. Scan Badsector HDD menggunakan Hiren's Bootable

  4. Partisi HDD melalui DOS

  5. DM (Disk Manager) HDD menggunakan Hiren's Bootable

  6. Perbaikan HDD yang Bad sector menggunakan Zero Fill (Hiren's Bootable)

  7. Cloning Hardware PC ( 12 unit )

  8. Ghost Windows XP Profesional Service Pack 1

  9. Menginstall Windows 98

  10. Perawatan Peripheral ( scanner ,printer, OHP, dll)

  11. Mencuci Maintboard menggunakan RINSO (6 Mobo)

  12. Membuat kabel jaringan Cross ( 15 METER dan 8 METER )

  13. Setting dan Flash Bios menggunakan software.

  14. Cek CD+DVD ( 67 CD dan 41 DVD )

  15. Memasang komponen Laptop (PSA, Memory, dan HDD)

  16. Install OS (Windows XP Profesional Service Pack 2) di Laptop.

  17. Merakit PC yang Mobonya habis dicuci (6)

  18. Menginstall Windows XP Home Edition Service Pack 1

  19. Melakukan spesifikasi PC ( 12 unit)

  20. Menginstall Linux Mandrake.

  21. Laporan kepada BOS mengenai barang yang ada di gudang yang telah berhasil di perbaiki meskipun tidak keseluruhan.

  22. Jaga Warnet full ( kecuali kamis dan jum'at)


Minggu ke 4 ( 11 Januari 2009 s.d 17 Januari 2009 )

Di minggu keempat saya inilah saya kembali dihantui virus anak kuliahan yang sebelumnya mulai datang sejak minggu ketiga (malam minggu diajak jalan-jalan tekhnisi), dan diminggu keempat ini pula saya mulai merasa tidak kerasan (tidak betah) pasalnya ada anak kampus(UDINUS) yang melamar menjadi tekhnisi di AMI. Secara otomatis pak BOS (Bp.Edi Prianto, S.Kom) langsung menerima karena AMI kurang tekhnisi, dengan datangnya tekhnisi dari kampus itu saya kira akan mengurangi beban saya dan saya tidak terus-terusan lembur. Namun justru apa yang saya pikirkan sama sekali ga menyentuh. Anak kampus itu merebut job saya padahal secara kemampuan hardware bisa dibilang saya lebih unggul (tidak sombong) dan saya akhirnya harus kedepan membantu penjualan dan kalau tidak saya Cuma diberi pekerjaan yang ringan. Adapun yang saya peroleh di minggu ke-4 adalah :

  1. Merakit PC

  2. Install ulang PC Warnet ( 6 unit ) + program Aplikasinya.

  3. Menginstall Linux Redhat berbasis Text

  4. Cloning Hardware.

  5. Scan Virus

  6. Jaga Billing

  7. Mengelompokkan Permasalahan PC.


Minggu ke 5 ( 18 Januari 2009 s.d 24 Januari 2009 )

Di minggu kelima ini saya kembali senang meskipun job servisnya dibagi dua dengan catatan barang siapa yang cepat dia yang berhak mengerjakan servisan lainnya. Yang terpenting ilmu saya tidak mati.

Yang saya peroleh di minggu kelima ini adalah :

  1. Merakit PC yang komponennya baru

  2. Perbaikan Koneksi Jaringan

  3. Perawatan Maintboard yang basah (karena waktu itu semarang banjir)

  4. Diagnosa + perbaikan CPU mati

  5. Scan HDD menggunakan Hiren's Victoria

  6. Mengadministrasi Server

  7. Reseting Printer

  8. Menginstall OS Windows XP Home Edition SP 2 (Driver) sebanyak 5 PC.

  9. Full selama 4 hari memperbaiki Harddisk yang Bad sector (21-24 jan '09)


Minggu ke 6 ( 25 Januari 2009 s.d 1 Februari 2009 )

Di minggu ke 6 ini masih Perbaikan Harddisk melanjutkan minggu ke 5 selama 1 hari kemudian saya tanggal 26nya back to Home in Purwodadi s.d 30 jan 2009.diminggu keenam ini saya malas seolah-olah saya ingin selesai OJT dan ingin kembali sekolah. Saya sudah terkena virus anak kuliah yaitu tidur siang belajar malam.ha.ha. yang saya peroleh di minggu ke 6 ini Cuma

  1. Hiren's

    1. Partisi (DOS)

    2. DM

    3. Zero Fill

    4. Ghost

    5. Victoria

  2. Jaga Warnet .


Minggu ke 7 ( 2 Februari 2009 s.d 8 Februari 2009 )

Di minggu ke 7 ini saya mutlak sering dikirim untuk servis diluar. Dan job saya sudah tidak di servis dalam karena di servis dalam sudah diisi oleh teknisi dari udinus dan anak PKL yang dari SMKN 7 Semarang (4 orang) aktivitas saya di minggu ke 7 ini full servis diluar dan kalau sore ikut mas-mase kuliah dikampus UDINUS(mengelabuhi satpam dan dosen) sepulangnya dari kuliah jam 10 malam ikut jaga warnet sebentar lalu langsung tidur. Meskipun begitu ada beberapa yang dapat saya peroleh di minggu ke 7 ini, yaitu :

  1. Recoveri data menggunakan Get Data Back 2.1

  2. Flash BIOS menggunaka Hiren's Bootable.

  3. DM HDD

  4. Belajar Program VB dan C++(kuliah)

  5. Belajar Kalkulus dan Fisika (kuliah)

  6. Belajar Program Java (kuliah.

  7. Jaga Warnet


Hanya itu yang saya peroleh di minggu ke 7.


Minggu ke 8 ( 9 Februari 2009 s.d 14 Februari 2009 )

Saya di minggu terakhir ini masih saja servis keluar namun pada minggu ini bisa dibilang minggu neraka karena anak dari SMK7 meledakkan HDD 80GB dan Maintboardnya Mati Total lalu teknisi dari UDINUS dipecat pak BOS karena berkali-kali terkena kasus. Apa yang saya kerjakan diminggu ke 8 ini semuanya atas dasar ikhlas karena semuanya telah menjadi bubrah di CV.AMIKOM. saya berharap semuanya segera selesai dan saya bisa back to home in Purwodadi. Saya di minggu ke 8 ini dapat sangu Program dari Mas-mase Teknisi dan salam perpisahan dari keluarga besar AMI(Bos dan Karyawan) dan saya tidak menyangka kalau nialai di Sertifikat saya bisa 98% A (hanya 1 yang B) namun saya sadar bahwa nilai bukanlah ukuran. saya masih harus berpetualang untuk mengembangkan ilmu saya.sayamasih ditawari OJT di AMI di kesempatan berikutnya. bagi teman-teman putra yag selama ini di dudi nganggur hanya ngedugem dll ayo ikut saya ke AMI Juni mendatang OK...!!

Untuk cara scan harddisk menggunakan hiren's mohon mengunjungi blog saya di www.panji-or.co.cc.

Sekian yang dapat saya ceritakan mengenai pengalaman saya di CV.AMI KOMPUTER Semarang.

Kerang lebihnya saya mohon maaf. Wabilahitaufiq wal hidayah..

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.


Terima Kasih.

By : PANJI


Rabu, 11 Maret 2009

Konfigurasi BIND pada Redhat 9

This chapter assumes that you have a basic understanding of BIND and DNS; it does not attempt to explain the concepts of BIND and DNS. This chapter does explain how to use the Bind Configuration Tool (redhat-config-bind) to configure basic BIND server zones. The Bind Configuration Tool createsthe /etc/named.conf configuration file and the zone configuration files in the /var/named directory each time you apply your changes.
Important Important


Do not edit the /etc/named.conf configuration file. Bind Configuration Tool generates this file after you apply your changes. If you want to configure settings that are not configurable using Bind Configuration Tool, add them to /etc/named.custom.

The Bind Configuration Tool requires the X Window System and root access. To start the Bind Configuration Tool, go to the Main Menu Button (on the Panel) => System Settings => Server Settings => Domain Name Service or type the command redhat-config-bind at a shell prompt (for example, in an XTerm or GNOME-terminal).

Figure 21-1. Bind Configuration Tool

The Bind Configuration Tool configures the default zone directory to be /var/named. All zone files specified are relative to this directory. The Bind Configuration Tool also includes basic syntax checking when values are entered. For example, if a valid entry is an IP address, you are only allowed to type numbers and periods (.) into the text area.

The Bind Configuration Tool allows you to add a forward master zone, a reverse master zone, and a slave zone. After adding the zones, you can edit or delete them from the main window as shown in Figure 21-1.

After adding, editing, or deleting a zone, you must choose click the Save button or select File => Save to write the /etc/named.conf configuration file and all the individual zone files in the /var/named directory. Saving changes also causes the named service to reload the configuration files. Selecting File => Quit saves the changes before quitting the application.
21.1. Adding a Forward Master Zone

To add a forward master zone (also known as a primary master), click the New button, select Forward Master Zone, and enter the domain name for the master zone in the Domain name text area.

A new window as shown in Figure 21-2 will appear with the following options:

*

Name — Domain name that was just entered in the previous window.
*

File Name — File name of the DNS database file, relative to /var/named. It is preset to the domain name with .zone appended to it.
*

Contact — Email address of the main contact for the master zone.
*

Primary Nameserver (SOA) — State of authority (SOA) record. This specifies the nameserver that is the best resource of information for this domain.
*

Serial Number — The serial number of the DNS database file. This number must be incremented each time the file is changed, so that the slave nameservers for the zone will retrieve the latest data. The Bind Configuration Tool increments this number each time the configuration changes. It can also be incremented manually by clicking the Set button next to the Serial Number value.
*

Time Settings — The Refresh, Retry, Expire, and Minimum TTL (Time to Live) values that are stored in the DNS database file. All values are in seconds.
*

Records — Add, edit, and delete record resources of type Host, Alias, and Name server.

Figure 21-2. Adding a Forward Master Zone

A Primary Nameserver (SOA) must be specified, and at least one nameserver record must be specified by clicking the Add button in the Records section.

After configuring the Forward Master Zone, click OK to return to the main window as shown in Figure 21-1. From the pulldown menu, click Save to write the /etc/named.conf configuration file, write all the individual zone files in the /var/named directory, and have the daemon reload the configuration files.

The configuration creates an entry similar to the following in /etc/named.conf:

zone "forward.example.com" {
type master;
file "forward.example.com.zone";
};

It also creates the file /var/named/forward.example.com.zone with the following information:

$TTL 86400
@ IN SOA ns.example.com. root.localhost (
2 ; serial
28800 ; refresh
7200 ; retry
604800 ; expire
86400 ; ttl
)


IN NS 192.168.1.1.

sumber http://www.redhat.com/docs/manuals/linux/RHL-9-Manual/custom-guide/ch-bindconf.html

Instalasi DNS Server dengan BIND di Redhat 9

BIND Configuration

This chapter assumes that you have a basic understanding of BIND and DNS; it does not attempt to explain the concepts of BIND and DNS. This chapter does explain how to use the Bind Configuration Tool (redhat-config-bind) to configure basic BIND server zones. The Bind Configuration Tool creates the /etc/named.conf configuration file and the zone configuration files in the /var/named directory each time you apply your changes.
Important Important


Do not edit the /etc/named.conf configuration file. Bind Configuration Tool generates this file after you apply your changes. If you want to configure settings that are not configurable using Bind Configuration Tool, add them to /etc/named.custom.

The Bind Configuration Tool requires the X Window System and root access. To start the Bind Configuration Tool, go to the Main Menu Button (on the Panel) => System Settings => Server Settings => Domain Name Service or type the command redhat-config-bind at a shell prompt (for example, in an XTerm or GNOME-terminal).

Figure 21-1. Bind Configuration Tool

The Bind Configuration Tool configures the default zone directory to be /var/named. All zone files specified are relative to this directory. The Bind Configuration Tool also includes basic syntax checking when values are entered. For example, if a valid entry is an IP address, you are only allowed to type numbers and periods (.) into the text area.

The Bind Configuration Tool allows you to add a forward master zone, a reverse master zone, and a slave zone. After adding the zones, you can edit or delete them from the main window as shown in Figure 21-1.

After adding, editing, or deleting a zone, you must choose click the Save button or select File => Save to write the /etc/named.conf configuration file and all the individual zone files in the /var/named directory. Saving changes also causes the named service to reload the configuration files. Selecting File => Quit saves the changes before quitting the application.
21.1. Adding a Forward Master Zone

To add a forward master zone (also known as a primary master), click the New button, select Forward Master Zone, and enter the domain name for the master zone in the Domain name text area.

A new window as shown in Figure 21-2 will appear with the following options:

*

Name — Domain name that was just entered in the previous window.
*

File Name — File name of the DNS database file, relative to /var/named. It is preset to the domain name with .zone appended to it.
*

Contact — Email address of the main contact for the master zone.
*

Primary Nameserver (SOA) — State of authority (SOA) record. This specifies the nameserver that is the best resource of information for this domain.
*

Serial Number — The serial number of the DNS database file. This number must be incremented each time the file is changed, so that the slave nameservers for the zone will retrieve the latest data. The Bind Configuration Tool increments this number each time the configuration changes. It can also be incremented manually by clicking the Set button next to the Serial Number value.
*

Time Settings — The Refresh, Retry, Expire, and Minimum TTL (Time to Live) values that are stored in the DNS database file. All values are in seconds.
*

Records — Add, edit, and delete record resources of type Host, Alias, and Name server.

Figure 21-2. Adding a Forward Master Zone

A Primary Nameserver (SOA) must be specified, and at least one nameserver record must be specified by clicking the Add button in the Records section.

After configuring the Forward Master Zone, click OK to return to the main window as shown in Figure 21-1. From the pulldown menu, click Save to write the /etc/named.conf configuration file, write all the individual zone files in the /var/named directory, and have the daemon reload the configuration files.

The configuration creates an entry similar to the following in /etc/named.conf:

zone "forward.example.com" {
type master;
file "forward.example.com.zone";
};

It also creates the file /var/named/forward.example.com.zone with the following information:

$TTL 86400
@ IN SOA ns.example.com. root.localhost (
2 ; serial
28800 ; refresh
7200 ; retry
604800 ; expire
86400 ; ttl
)


IN NS 192.168.1.1.


21.2. Adding a Reverse Master Zone

To add a reverse master zone, click the New button and select Reverse Master Zone. Enter the first three octets of the IP address range that you want to configure. For example, if you are configuring the IP address range 192.168.10.0/255.255.255.0, enter 192.168.10 in the IP Address (first 3 Octets) text area.

A new window will appear, as shown in Figure 21-3, with the following options:

1.

IP Address — The first three octets that you just entered in the previous window.
2.

Reverse IP Address — Non-editable. Pre-populated based on the IP Address entered.
3.

Contact —Email address of the main contact for the master zone.
4.

File Name — File name of DNS database file in the /var/named directory.
5.

Primary Nameserver (SOA) — State of authority (SOA) record. This specifies the nameserver that is the best resource of information for this domain.
6.

Serial Number — The serial number of the DNS database file. This number must be incremented each time the file is changed, so that the slave nameservers for the zone will retrieve the latest data. The Bind Configuration Tool increments this number each time the configuration changes. It can also be incremented manually by clicking the Set button next to the Serial Number value.
7.

Time Settings — The Refresh, Retry, Expire, and Minimum TTL (Time to Live) values that are stored in the DNS database file.
8.

Nameservers — Add, edit, and delete name servers for the reverse master zone. At least one nameserver is required.
9.

Reverse Address Table — List of IP addresses within the reverse master zone and their hostnames. For example, for the reverse master zone 192.168.10, you can add 192.168.10.1 in the Reverse Address Table with the hostname one.example.com. The hostname must end with a period (.) to specify that it is a full hostname.

Figure 21-3. Adding a Reverse Master Zone

A Primary Nameserver (SOA) must be specified, and at least one nameserver record must be specified by clicking the Add button in the Nameservers section.

After configuring the Reverse Master Zone, click OK to return to the main window as shown in Figure 21-1. From the pulldown menu, click Save to write the /etc/named.conf configuration file, write all the individual zone files in the /var/named directory, and have the daemon reload the configuration files.

The configuration creates an entry similar to the following in /etc/named.conf:

zone "10.168.192.in-addr.arpa" {
type master;
file "10.168.192.in-addr.arpa.zone";
};

It also creates the file /var/named/10.168.192.in-addr.arpa.zone with the following information:

$TTL 86400
@ IN SOA ns.example.com. root.localhost (
2 ; serial
28800 ; refresh
7200 ; retry
604800 ; expire
86400 ; ttk
)


@ IN NS ns2.example.com.

1 IN PTR one.example.com.
2 IN PTR two.example.com.

21.3. Adding a Slave Zone

To add a slave zone (also known as a secondary master), click the New button and select Slave Zone. Enter the domain name for the slave zone in the Domain name text area.

A new window will appear, as shown in Figure 21-4, with the following options:

*

Name — The domain name that was entered in the previous window.
*

Masters List — The nameservers from which the slave zone retrieves its data. Each value must be a valid IP address. You can only enter numbers and periods (.) in the text area.
*

File Name — File name of the DNS database file in /var/named.

Figure 21-4. Adding a Slave Zone

After configuring the slave zone, click OK to return to the main window as shown in Figure 21-1. Click Save to write the /etc/named.conf configuration file and have the daemon reload the configuration files.

The configuration creates an entry similar to the following in /etc/named.conf:

zone "slave.example.com" {
type slave;
file "slave.example.com.zone";
masters {
1.2.3.4;
};
};

The configuration file /var/named/slave.example.com.zone is created by the named service when it downloads the zone data from the master server(s).
sumber http://www.redhat.com/docs/manuals/linux/RHL-9-Manual/custom-guide/ch-bindconf.html

Setting DHCP Server pada Redhat 9

18.2. Configuring a DHCP Server

You can configure a DHCP server using the configuration file /etc/dhcpd.conf.

DHCP also uses the file /var/lib/dhcp/dhcpd.leases to store the client lease database. Refer to Section 18.2.2 Lease Database for more information.
18.2.1. Configuration File

The first step in configuring a DHCP server is to create the configuration file that stores the network information for the clients. Global options can be declared for all clients, or options can be declared for each client system.

The configuration file can contain any extra tabs or blank lines for easier formatting. The keywords are case-insensitive, and lines beginning with a hash mark (#) are considered comments.

Two DNS update schemes are currently implemented — the ad-hoc DNS update mode and the interim DHCP-DNS interaction draft update mode. If and when these two are accepted as part of the IETF standards process, there will be a third mode — the standard DNS update method. The DHCP server must be configured to use one of the two current schemes. Version 3.0b2pl11 and previous version used the ad-hoc mode; however, it has been depreciated. If you want to keep the same behavior, add the following line to the top of the configuration file:

ddns-update-style ad-hoc;

To use the recommended mode, add the following line to the top of the configuration file:

ddns-update-style interim;

Read the dhcpd.conf man page for details about the different modes.

There are two types of statements in the configuration file:

*

Parameters — state how to perform a task, whether to perform a task, or what network configuration options to send to the client.
*

Declarations — describe the topology of the network, describe the clients, provide addresses for the clients, or apply a group of parameters to a group of declarations.

Some parameters must start with the option keyword and are referred to as options. Options configure DHCP options; whereas, parameters configure values that are not optional or control how the DHCP server behaves.

Parameters (including options) declared before a section enclosed in curly brackets ({ }) are considered global parameters. Global parameters apply to all the sections below it.
Important Important


If you change the configuration file, the changes will not take effect until you restart the DHCP daemon with the command service dhcpd restart.

In Example 18-1, the routers, subnet-mask, domain-name, domain-name-servers, and time-offset options are used for any host statements declared below it.

As shown in Example 18-1, you can declare a subnet. You must include a subnet declaration for every subnet in your network. If you do not, the DHCP server will fail to start.

In this example, there are global options for every DHCP client in the subnet and a range declared. Clients are assigned an IP address within the range.

subnet 192.168.1.0 netmask 255.255.255.0 {
option routers 192.168.1.254;
option subnet-mask 255.255.255.0;

option domain-name "example.com";
option domain-name-servers 192.168.1.1;

option time-offset -18000; # Eastern Standard Time

range 192.168.1.10 192.168.1.100;
}

Example 18-1. Subnet Declaration

All subnets that share the same physical network should be declared within a shared-network declaration as shown in Example 18-2. Parameters within the shared-network but outside the enclosed subnet declarations are considered global parameters. The name of the shared-network should be a descriptive title for the network such as test-lab to describe all the subnets in a test lab environment.

shared-network name {
option domain-name "test.redhat.com";
option domain-name-servers ns1.redhat.com, ns2.redhat.com;
option routers 192.168.1.254;
more parameters for EXAMPLE shared-network
subnet 192.168.1.0 netmask 255.255.255.0 {
parameters for subnet
range 192.168.1.1 192.168.1.31;
}
subnet 192.168.1.32 netmask 255.255.255.0 {
parameters for subnet
range 192.168.1.33 192.168.1.63;
}
}

Example 18-2. Shared-network Declaration

As demonstrated in Example 18-3, the group declaration can be used to apply global parameters to a group of declarations. You can group shared networks, subnets, hosts, or other groups.

group {
option routers 192.168.1.254;
option subnet-mask 255.255.255.0;

option domain-name "example.com";
option domain-name-servers 192.168.1.1;

option time-offset -18000; # Eastern Standard Time

host apex {
option host-name "apex.example.com";
hardware ethernet 00:A0:78:8E:9E:AA;
fixed-address 192.168.1.4;
}

host raleigh {
option host-name "raleigh.example.com";
hardware ethernet 00:A1:DD:74:C3:F2;
fixed-address 192.168.1.6;
}
}

Example 18-3. Group Declaration

To configure a DHCP server that leases a dynamic IP address to a system within a subnet, modify Example 18-4 with your values. It declares a default lease time, maximum lease time, and network configuration values for the clients. This example assigns IP addresses in the range 192.168.1.10 and 192.168.1.100 to client systems.

default-lease-time 600;
max-lease-time 7200;
option subnet-mask 255.255.255.0;
option broadcast-address 192.168.1.255;
option routers 192.168.1.254;
option domain-name-servers 192.168.1.1, 192.168.1.2;
option domain-name "example.com";

subnet 192.168.1.0 netmask 255.255.255.0 {
range 192.168.1.10 192.168.1.100;
}

Example 18-4. Range Parameter

To assign an IP address to a client based on the MAC address of the network interface card, use the hardware ethernet parameter within a host declaration. As demonstrated in Example 18-5, the host apex declaration specifies that the network interface card with the MAC address 00:A0:78:8E:9E:AA always receives the IP address 192.168.1.4.

Notice that you can also use the optional parameter host-name to assign a host name to the client.

host apex {
option host-name "apex.example.com";
hardware ethernet 00:A0:78:8E:9E:AA;
fixed-address 192.168.1.4;
}

Example 18-5. Static IP Address using DHCP
Tip Tip


You can use the sample configuration file in Red Hat Linux 9 as a starting point and then add your own custom configuration options to it. Copy it to its proper location with the command

cp /usr/share/doc/dhcp-/dhcpd.conf.sample /etc/dhcpd.conf

(where is the DHCP version you are using).

For a complete list of option statements and what they do, refer to the dhcp-options man page.
18.2.2. Lease Database

On the DHCP server, the file /var/lib/dhcp/dhcpd.leases stores the DHCP client lease database. This file should not be modified by hand. DHCP lease information for each recently assigned IP address is automatically stored in the lease database. The information includes the length of the lease, to whom the IP address has been assigned, the start and end dates for the lease, and the MAC address of the network interface card that was used to retrieve the lease.

All times in the lease database are in Greenwich Mean Time (GMT), not local time.

The lease database is recreated from time to time so that it is not too large. First, all known leases are saved in a temporary lease database. The dhcpd.leases file is renamed dhcpd.leases~, and the temporary lease database is written to dhcpd.leases.

The DHCP daemon could be killed or the system could crash after the lease database has been renamed to the backup file but before the new file has been written. If this happens, there is no dhcpd.leases file that is required to start the service. Do not create a new lease file if this occurs. If you do, all the old leases will be lost and cause many problems. The correct solution is to rename the dhcpd.leases~ backup file to dhcpd.leases and then start the daemon.
18.2.3. Starting and Stopping the Server
Important Important


Before you start the DHCP server for the first time, it will fail unless there is an existing dhcpd.leases file. Use the command touch /var/lib/dhcp/dhcpd.leases to create the file if it does not exist.

To start the DHCP service, use the command /sbin/service dhcpd start. To stop the DHCP server, use the command /sbin/service dhcpd stop. If you want the daemon to start automatically at boot time, see Chapter 14 Controlling Access to Services for information on how to manage services.

If you have more than one network interface attached to the system, but you only want the DHCP server to start on one of the interface, you can configure the DHCP server to start only on that device. In /etc/sysconfig/dhcpd, add the name of the interface to the list of DHCPDARGS:

# Command line options here
DHCPDARGS=eth0

This is useful if you have a firewall machine with two network cards. One network card can be configured as a DHCP client to retrieve an IP address to the Internet. The other network card can be used as a DHCP server for the internal network behind the firewall. Specifying only the network card connected to the internal network makes the system more secure because users can not connect to the daemon via the Internet.

Other command line options that can be specified in /etc/sysconfig/dhcpd include:

*

-p — Specify the udp port number on which dhcpd should listen. The default is port 67. The DHCP server transmits responses to the DHCP clients at a port number one greater than the udp port specified. For example, if you accept the default of port 67, the server listens on port 67 for requests and responses to the client on port 68. If you specify a port here and use the DHCP relay agent, you must specify the same port on which the DHCP relay agent should listen. See Section 18.2.4 DHCP Relay Agent for details.
*

-f — Run the daemon as a foreground process. This is mostly used for debugging.
*

-d — Log the DHCP server daemon to the standard error descriptor. This is mostly used for debugging. If this is not specified, the log is written to /var/log/messages.
*

-cf filename — Specify the location of the configuration file. The default location is /etc/dhcpd.conf.
*

-lf filename — Specify the location of the lease database file. If a lease database file already exists, it is very important that the same file be used every time the DHCP server is started. It is strongly recommended that this option only be used for debugging purposes on non-production machines. The default location is /var/lib/dhcp/dhcpd.leases.
*

-q — Do not print the entire copyright message when starting the daemon.

18.2.4. DHCP Relay Agent

The DHCP Relay Agent (dhcrelay) allows you to relay DHCP and BOOTP requests from a subnet with no DHCP server on it to one or more DHCP servers on other subnets.

When a DHCP client requests information, the DHCP Relay Agent forwards the request to the list of DHCP servers specified when the DHCP Relay Agent is started. When a DHCP server returns a reply, the reply is broadcast or unicast on the network that sent the original request.

The DHCP Relay Agent listens for DHCP requests on all interfaces unless the interfaces are specified in /etc/sysconfig/dhcrelay with the INTERFACES directive.

To start the DHCP Relay Agent, use the command service dhcrelay start.

Selasa, 10 Maret 2009

Perintah sederhana linux

Sekelumit tentang linux PDF Cetak E-mail
Ditulis oleh Administrator
Friday, 10 March 2006

Tulisan ini diolah dan diambil seperlunya dari beberapa sumber, salah satunya dari "From Dos to Linux howto" ditulis olehGuido Gonzato, guido@ibogfs.df.unibo.it .Berikut ini adalah beberapa perintah dasar yang biasa digunakan dalam linux/unix,



1. Melihat isi direktori.
[Dos] dir
[Linux] ls -l (atau gunakan ls -la untuk menampilkan semua file termasuk yang beratribut hidden)(Untuk melihat kapasitas yang masih tersisa gunakan perintah df )
[Contoh] ls -l /home

2. Pindah direktori
[Dos] cd
[Linux] cd


3. Membuat direktori
[Dos] mkdir atau md
[Linux] mkdir
[Contoh] mkdir nama direktori

4. Menghapus direktori
[Dos] rmdir atau rd
[Linux] rm -r
[Contoh] rm -rf namadirektori

5. Menampilkan lokasi direktori yang sedang aktif
[Dos] chdir
[Linux] pwd
[Contoh] pwd

6. Menghapus file
[Dos] del
[Linux] rm
[Contoh] rm namafile

7. Menyalin file
[Dos] copy
[Linux] cp (Gunakan perintah cp -R untuk menyalin direktory berikut isinya)
[Contoh] cp namafile1 namafile2

8. Mengganti nama file
[Dos] rename atau move
[Linux] mv
[Contoh] mv namafilelama namafilebaru

9. Menampilkan isi file dalam bentuk ASCII ke layar
[Dos] type
[Linux] cat
[Contoh] cat namafile

10. Menampilkan menu bantuan
[Dos] help atau namaperintah /?
[Linux] man namaperintah atau namaperintah --help
[Contoh] man namaperintah atau namaperintah --help

11. Membersihkan layar
[Dos] cls
[Linux] clear
[Contoh] cls

12. Mencari kata dalam file
[Dos] find
[Linux] grep
[Contoh] grep katayangdicari namafile

13. Menunjukan waktu
[Dos] date atau time
[Linux] date
[Contoh] date

14. Meng-edit file
[Dos] edit namafile
[Linux] vi namafile atau emacs namafile atau pico namafile
[Contoh] vi namafile atau emacs namafile atau pico namafile

15. Menyembunyikan file
[Dos] attrib +h namafile (atau attrib -h namafile untuk memunculkan kembali
[Linux] Ganti namafile dengan menambahkan sebuah titik didepan (.namafile)
[Contoh] mv namafile .namafile

16. Mencek dan memperbaiki Harddisk
[Dos] scandisk
[Linux] fsck
[Contoh] fsck /dev/hda1

17. Menampilkan versi sistem operasi
[Dos] ver
[Linux] uname -a
[Contoh] uname -a

18. Mengirimkan paket ICMP
[Dos] ping alamatIP
[Linux] ping alamatIP
[Contoh] ping 192.168.0.1

19. Melakukan trace ke sebuah tujuan host dalam jaringan
[Dos] tracert alamatIP
[Linux] traceroute alamatIP
[Contoh] traceroute 192.168.0.1

20. Menampilkan konfigurasi kartu jaringan (NIC)
[Dos] ipconfig (Windows NT)
[Dos] winipcfg (Windows 95x)
[Linux] ifconfig
[Contoh] ifconfig

21.Menampilkan routing-table
[Dos] route print
[Linux] route -n atau netstat -r
[Contoh] route -n atau netstat -r

Catatan: Artikel ini dapat Anda baca juga di Koran Tempo tanggal 08 September 2003.





DOS & UNIX COMPARISON

DOS command


UNIX command


Command Description

cd


cd or chdir


Change directory

chkdsk


du


Check disk space utilization

copy


cp


Copy files

del


rm


Delete files

deltree


rm -r


Remove subdirectory

dir /b


ls


Bare directory listing

dir /s


ls -lR


Directory with subdirectories

help


man


Read a prepared Help manual

md


mkdir


Make subdirectory

move or ren


mv


Move or Rename files

rm


rmdir


Remove empty subdirectory

type


cat


Type text files to screen

|more


|pg


"Pipe More" Page break listings









DOS Utils


UNIX Utils


Command Description

arj


unarj


ARJ archiver/decompressor

edit


joe or pico


BASIC text editor

lharc or lha


lharc


LZH/LHA archiver/compression

pkzip


zip


Create .zip compressed archives

pkunzip


unzip


Unarchive and decompress .zip files



Menggunakan tar dan gzip

Tar digunakan untuk pengarsipan.Contoh klo ingin membuat arsip baru:

$ tar -cvf

Untuk melakukan pengekstrakan

$ tar -xpvf

untuk melihat list dari suatu arsip :

$ tar -tf | less

Untuk melakukan kompresi dapat digunakan kedua perintah ini:

$ compress

$ gzip

yang akan menciptakan file terkompresi dengan ekstensi .Z (compress) atau .gz (gzip) .Untuk men-dekompress :

$ compress -d

$ gzip -d

menampilkan daftar file yang terkandung di dalam .tar.gz :

$ gzip -ddc | tar tf - | less

Menginstall aplikasi

Beberapa aplikai Linux didistribusikan dalam bentuk arsip .tar.gz atau .tgz , untuk mengekstrak ketikkan perintah berikut :

$ gzip -dc | tar xvf -

File-file tersebut akan di-dekompress ke dalam direktori yang sesuai, direktori akan tercipta secara otomatis jika belum ada, lalu baca saja & ikuti petunjuk yang biasanya disertakan dalam direktori tsb.

Pengguna dari distro slackware mempunyai program yang user-friendly yaitu program pkgtool.Untuk pengguna sistem berbasis redhat(contohnya redhat sendiri,suse,mandriva,dll) terdapat rpm /redhat package manager( terimakasih buat red hat ^^ ) .Ada juga .deb untuk sistem berbasis debian, contohnya ya debian sendiri dan ubuntu.Beberapa paket program didistribusikan dalam C/C++ (source code), shg anda harus meng-compile untuk menciptakan file binary. Dalam hal ini anda membutuhkan compiler gcc.

Emulator DOS dan Windows

Emulator yang umum dan biasa dipakai untuk menjalankan aplikasi dos dan windows dalam sistem linux adalah dosemu dan wine.Biasanya digunakan untuk menjalankan file-file berekstensi .exe.Untuk mengecek apakah emulator tersebut sudah terinstal atau belum pada sistem linux kita, bisa dilakukan melalui console dengan mengetikkan nama aplikasi tersebut.Contoh:

[aswin@localhost ~]$ wine

Wine 20050725

Usage: wine PROGRAM [ARGUMENTS...] Run the specified program

wine --help Display this help and exit

wine --version Output version information and exit

Jika aplikasi tersebut belum terinstal, akan muncul informasi bahwa command tersebut tidak ditemukan:

[aswin@localhost ~]$ dosemu

bash: dosemu: command not found

Sedangkan untuk mengecek lokasinya bisa digunakan perintah which atau whereis, contoh:

[aswin@localhost ~]$ whereis wine

wine: /usr/bin/wine /usr/lib/wine /usr/include/wine /usr/share/wine /usr/share/m an/man1/wine.1.bz2

atau:

[aswin@localhost ~]$ which wine

/usr/bin/wine

Bila statement seperti diatas sudah ditemukan, berarti kita sudah siap menjalankan beberapa aplikasi windows dalam sistem linux kita dengan emulator tersebut.Jika belum....? ya diinstal dululah... ;p

Penggunaan TAB utk menyingkat

Contoh : anda ingin mengetikkan perintah: sh pliz_release_me_let_me_go_to_hell.run ; karena malas mengetikkan krn terlalu panjang, maka ketikkan saja sh pliz kemudian tekan , maka secara otomatis console akan menuliskan file tersebut.Jika terdapat file lain dengan nama yang mirip dengan yang kita inginkan, misalnya terdapat file pliz_give_me_ur_money.cpp maka untuk menunjuk file yang tadi kita inginkan bisa diketikkan dengan lsedikit lebih lengkap: sh pliz_release lalu tekan . That's all.....^^

sumber: http://samsul-060701.blogspot.com/2008/04/perintah-sederhana-linux.html

Jumat, 20 Februari 2009

Mengembalikan “Folder Option” yang hilang?

Virus-virus zaman sekarang memang makin ganas, selain itu makin bervariasi dan tingkat penyebarannya pun semakin mudah aja. Satu kali anda salah klik, maka komputer Anda pun terinfeksi. Salah satu yang sering dilakukan sang virus adalah menghilangkan “Folder Option” di menu Tools pada Explorer anda, sehingga salah satu akibatnya anda tidak bisa merubah option untuk view/ show hidden file, hingga akhirnya anda tidak bisa mengakses folder yang anda hidden

Nah bila anda mengalami seperti ini, “Folder Option” anda hilang cobalah satu dari dua langkah berikut ini :
Langkah Satu :

Klik menu Start > Run

Ketik : “gpedit.msc” tanpa tanda kutip untuk membuka Group Policy Windows

Setelah itu masuk ke :User Configuration >Administrative Templates >Windows Component > Windows Explorer.

Di Panel sebelah kanan, carilah “Remove the Folder Option menu item from the Tools Menu” kemudian double klik dan set value ke “Disabled”



Langkah Dua :

Bukan Registry Editor dengan mengetikan “Regedit” pada menu Run

Kemudian carilah key berikut : HKEY_CURRENT_USER\Software\Microsoft\Windows\CurrentVersion\Policies\Explorer

dan pada panel sebelah kanan cari : NoFolderOptions dan set value menjadi 0

jika anda tidak menemukan NoFolderOptions, tinggal anda buat sendiri dan masukkan valuenya dengan 0.

Sabtu, 14 Februari 2009

Disaat laptopku terkena virus yang menyerang File EXE

Disaat aku ingin menginstall laptopku dengan menggunakan Windows XP Profesional, aku belum mengetahui kalo laptopku terkena virus di drive E. Oya, sebelumnya laptopku aku partisi menjadi 3 dari 160 Gb, C: untuk System sedangkan yang D & E aku jadikan sebagai data.
Maklum kalo terjadi apa2 aku hanya langsung backup data yang ada di drive C ke drive D ataupun E. Tapi biasanya aku backup di drive D. Saat aku menginstall windows dan tanpa melihat virus di drive lain, aku cuek cuek aja gitu. Ndak tahu nya setelah windows aku update dan aku kasih antivirus di sistem operasi, malahan yang di drive E ada virus yang banyak yang menghantam file exe. Apa itu gara.....? Karena gara2 aku masukkan jaringan yang ada LAB dan antivirusku ada yang aku disable ya.... Akhirnya virus masuk dengan sukses. Disitu aku baru nyadar kalo jaringan yang aku pakai mayoritas PC nya terkena virus. Ini ngefek pada sistem operasi yang ada di laptopku. Setelah aku hapus semua software yang ada di drive E, maka langkah ku untuk mengcopy software yang lama. Disaat teman seprofesi minta software aplikasi convert dari PDF ke Word, aku bingung karena software tersebut terkena virus dan aku g punya backupnya. Maka di malam ini aku mencari software PDF2Word, setelah aku browsing akhhirnya aku menemukan kembali file tersebut. Untuk itu aku sediakan file PDF2Word dan cracknya. Apabila ingin mencopy file aplikasi tersebut, selahkan klik gambar yang ada disebelah kiri, yang ada tulisan PDF dan Word

Rabu, 11 Februari 2009

Mudahnya mengetahui serial number yang sudah ter-install

Kemarin hari aku mencoba untuk menginstall windows 2000 server, anehnya aku gak dikasih serial numbernya. Akhirnya aku mencari melalui kakek kesayanganku yaitu MBAH GOOGLE, semua pemberian serial number kakek ternyata ga bisa digunakan..... Akhirnya aku putus asa gimana cara mencari serial number tersebut! Dan.... keesokan harinya temanku bilang kalo komputernya sudah diinstall windows 2000 server, aku minta serial numbernya ke dia. Eeee..... tak tahunya dia juga tidak punya. Semakin bingung aku...., akhirnya aku mempunyai IDE yang agak cemerlang. Pasti teman teman juga pingin tahu caranya, bagaimana cara mencari serial number di dalam sistem operasi dan sistem aplikasi yang sudah terinstall. Aku kembali tanya ke kakekku, "Gimana caranya untuk mengetahui serial number yang sudah terinstall"? Kakek hanya menjawab aku disuruh download salah satu software. Dan sotfware tersebut adalah "Magical Jelly Bean Keyfinder v1.51".
Teman teman begitu tahu pasti langsung tanya, Apakah bener software dari kakeknya penulis bisa dibuktikan????????
Untuk membuktikan hal tersebut aku langsung aja buktikan melalui gambar2 dibawah ini. Tapi sebelumnya aku minta maaf kalo pada serial number nya saya blog, karena windowsku asli...... :-)





Yang diatas ini adalah yang aku praktekan di dalam komputerku sendiri. Apabila teman teman ingin mencoba silahkan klik disini

Perangkat Jaringan

Local Area Network (LAN)

Terdapat sejumlah perangkat yang melewatkan aliran informasi data dalam sebuah LAN. Penggabungan perangkat tersebut akan menciptakan infrastruktur LAN. Perangkat-perangkat tersebut adalah :

* Repeater
* Bridge
* Hub
* Switche
* Router

Repeater/Penguat

Repeater, bekerja padalayer fisik jaringan, menguatkan sinyal dan mengirimkan dari satu repeater ke repeater lain. Repeater tidak merubah informasi yang ditransmisikan dan repeater tidak dapat memfilter informasi. Repeater hanya berfungsi membantu menguatkan sinyal yang melemah akibat jarak, sehingga sinyal dapat ditransmisikan ke jarak yang lebih jauh.

Hub

hub.gifHub menghubungkan semua komputer yang terhubung ke LAN. Hub adalah repeater dengan jumlah port banyak (multiport repeater). Hub tidak mampu menentukan tujuan; Hub hanya mentrasmisikan sinyal ke setiap line yang terkoneksi dengannya, menggunakan mode half-duplex.

Bridge

bridge.gifBridge adalah “intelligent repeater”. Bridge menguatkan sinyal yang ditransmisikannya, tetapi tidak seperti repeater, Brigde mampu menentukan tujuan.


Switch

ethernetswitch.gifSwitch menghubungkan semua komputer yang terhubung ke LAN, sama seperti hub. Perbedaannya adalah switch dapat beroperasi dengan mode full-duplex dan mampu mengalihkan jalur dan memfilter informasi ke dan dari tujuan yang spesifik.

Router

router.gifRouter adalah peningkatan kemampuan dari bridge. Router mampu menunjukkan rute/jalur (route) dan memfilter informasi pada jaringan yang berbeda. Beberapa router mampu secara otomatis mendeteksi masalah dan mengalihkan jalur informasi dari area yang bermasalah.


DESAIN JARINGAN LAN

Dalam membahas jaringan selalu ada tiga komponen yang penting yang perlu dimengerti yaitu :

1. Host atau node

2. Link

3. Perangkat Lunak (Software)

Host atau Node (Simpul)

Host atau node (simpul) adalah system komputer yang berfungsi sebagai sumber atau penerima dari data yang dikirimkan. Local host adalah sistem komputer yang dapat diakses oleh pemakai tanpa melalui jaringan, sedangkan remote host adalah sistem komputer yang hanya dapat digunakan melalui jaringan. Baik local maupun remote host dalam jaringan disebut sebagai simpul.

Link

Link adalah media komunikasi yang menghubungkan antara node yang satu dengan node yang lain. Media ini berupa saluran transmisi misalnya kabel.

Perangkat Lunak (Software)

Perangkat lunak (software) adalah program yang mengatur dan mengelola jaringan secara keseluruhan. Program ini terdapat baik di sistem komputer sebagai sumber data maupun di sistem komputer sebagai penerima data. Disamping itu software juga memungkinkan sistem komputer yang satu berkomunikasi dengan sistem komputer lain, karena sama seperti manusia hanya bisa berkomunikasi bila memiliki bahasa yang sama. Software-lah yang terutama melakukan hal tersebut (ini dikenal dengan istilah “protocol”). Ketiga komponen tersebut tadi harus ada untuk membentuk suatu jaringan.

Komponen-komponen Dasar LAN

Beberapa komponen dasr yang biasanya membentuk suatu LAN adalah sebagai berikut :

1. Workstation

2. Server

3. Client

4. Link (Hubungan)

5. Transceiver

6. Network Interface Card (Network Controller)

7. Software Network

1 Workstation

Karena LAN terutama dikembangkan di sunia PC maka banyak istilah yang berhubungan dengan PC. Dalam istolah jaringan maka workstation sebenarnya adalah node atau host yang berupa suatu sistem komputer. Sistem komputer tersebut dapat merupakan sistem kmputer yang paling sederhana yaitu PC atau dapat juga suatu sistem komputer yang besar seperti sistem minicomputer, bahkan suatu mainframe.

User atau pemakai berhubungan dengan jaringan melalui workstation dan juga saling berkomunikasi seperti saling bertukar data. User juga melaksanakan (run) program aplikasi pada workstation. Program tersebut dapat bekerja tersendiri di workstation tersebut (stand-alone) atau dapat juga menggunakan jaringan, misalnya untuk saling berbagi informasi dengan workstation atau user lain.

2 Server

Sesuai dengan namanya ini adalah hardware atau perangkat keras yang berfungsi untuk melayani jaringan dan workstation yang terhubung pada jaringan tersebut. Software yang mengelola jaringan berjalan (run) pada server. Pada umumnya sumber daya (resources) seperti misalnya printer, disk, plotter, dan sebagainya yang hendak digunakan secara bersama oleh para pemakai di workstation berada dan bekerja pada server.

Bergantung pada jenis pelayanan yang dikehendaki maka dikenal antara lain disk server, file server, yaitu disk storage digunakan secara bersama oleh beberapa workstation. Jenis yang lain yaitu print server, yaitu printer digunakan secara bersama. Perlu diperhatikan bahwa suatu server seringkali dapat mempunyai beberapa fungsi pelayanan sekaligus.

Server dapat berupa sistem komputer yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut, sehingga ia tidak dapat digunakan sebagai workstation, karena baik secara hardware maupun software ia berfungsi mengelola jaringan.

Tetapi ada juga server yang sebenarnya berupa workstation dengan disk drive yang cukup besar kapasitasnya. Dalam hal ini server tersebut dapat digunakan juga sebagai workstation oleh si user/pemakai.

3 Client

Sebuah workstation umumnya berfungsi sebagai client dari suatu server, karena memang workstation akan menggunakan fasilitas yang diberikan oleh suatu server. Jadi server yang melayani, sedangkan client yang dilayani.

Baik server maupun client dalam jaringan dikenal sebagai node.

4 Link (Hubungan)

Workstation dan server tidak dapat berfungsii apabila peralatan tersebut secara fisik tidak saling dihubungkan. Hubungan tersebut dalam LAN dikenal sebagai media transmisi yang umumnya berupa kabel.

Disamping itu terdapat peralatan pelengkap yang pada dasarnya berguna untuk memperpanjang jarak capai hubungan jaringan tersebut seperti misalnya repeater, bridge, gateway, dan sebagainya.

5 Transceiver

Perangkat keras yang menghubungkan workstation atau sistem komputer dengan media transmisi misalnya kabel koaksial (coaxial cable) pada LAN Ethernet. Jadi workstation tidak langsung dihubungkan tetapi melalui transceiver dan kabel transceiver (maksimum 50 meter) ke coaxial cable tersebut.

Perlu diperhatikan bahwa untuk Ethernet diperlukan terminator pada ke dua ujung kabel agar sinyal yang melalui kabel tersebut berjalan dengan baik.

6 Network Interface Card (Network Controller)

Suatu workstation tidak dihubungkan secara langsung dengan kabel jaringan ataupun dengan transceiver cable, tetapi melalui suatu rangkaian elektronika yang dirancang khusus untuk menangani network protocol yang berhubungan dengan hardware. Rangkaian ini disebut Network Interface Card atau Network Controller. Network Controller ini berbeda-beda untuk setiap jenis LAN, tetapi memang ada controller yang rangkaiannya dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk lebih dari satu jenis LAN.

7 Software Network

Software ini sangat penting dan mutlak, karena tanpa software maka jaringan tersebut tidak akan berfungsi sehingga workstation dan server tidak dapat bekerja sebagaimana yang dikehendaki. Software ini juga yang memungkinkan sistem komputer yang satu berkomunikasi dengan sistem komputer yang lain. Bagus tidaknya suatu LAN sangat ditentukan oleh bagus tidaknya software yang mengelola jaringan tersebut.

Jenis LAN dapat dilihat dari beberapa hal :

Media Transmisi

Metode Transmisi

Topologi

Metode Akses

Media Transmisi

Jenis media yang paling banyak digunakan untuk suatu local area network adalah sebagai berikut :

1. Twisted Pair

2. Kabel Koaksial (Coaxial Cable)

3. Kabel Serat Optik (Fiber Optic Cable)

Metode Transmisi

Jenis jaringan juga dapat dibedakan berdasarkan

metode trnsmisi yang digunakan dalam pengiriman yakni

Baseband

Broadband

Jenis jaringan juga dapat dibedakan atas bagaimana system atau node yang satu dihubungkan dengan sitem atau node yang lain atau berdasarkan topolginya, yakni :

1. Bus

2. Ring

3. Star

4. Tree
Topologi Bus

Pada Topologi Bus digunakan sebuah kabel tunggal atau kabel pusat di mana seluruh workstation dan server dihubungkan.

Gambar : Topologi Bus

Karakteristik Topologi Bus

Merupakan 1 kabel yang ke-2 ujungnya ditutup, dimana sepanjang kabel terdapat node-node.

Umum digunakan karena sederhana dalam instalasi.

Signal melewati kabel dalam dua arah dan mungkin terjadi collision.

Problem terbesar pada saat kabel putus. Jika salah satu segmen kabel putus, maka seluruh jaringan akan terhenti.

Topologi Token Ring :

Tidak terjadinya collision atau tabrakan pengiriman data seperti pada topologi Bus, karena hanya satu node yang dapat mengirimkan data pada suatu saat.

Topologi Star

Topologi Star, masing-masing workstation dihubungkan secara langsung ke server atau HUB.

Karakteristik Topologi Star

n Setiap node berkomunikasi langsung dengan central node, traffic data mengalir dari node ke central node dan kembali lagi.

n Mudah dikembangkan, karena setiap node hanya memiliki kabel yang langsung terhubung ke central node

n Dapat digunakan kabel yang “lower grade” karena hanya menghandel satu traffic node, biasanya digunakan kabel UTP.

Keunggulan Topologi Star :

Bahwa dengan adanya kabel tersendiri untuk setiap workstation ke server, maka bandwidth atau lebar jalur komunikasi dalam kabel akan semakin lebar sehingga akan meningkatkan unjuk kerja jaringan secara keseluruhan.

Jika suatu kabel node terputus yang lainnya tidak terganggu

.

Kelemahan Topologi Star :

Kebutuhan kabel yang lebih besar dibandingkan dengan topologi lainnya.

Gambar : Topologi Star

Keuntungan Topologi Star :

n Paling fleksibel,

n Pemasangan/perubahan stasiun sangat mudah dan tidak mengganggu bagian jaringan lain,

n Kontrol terpusat,

n Kemudahan deteksi dan isolasi kesalahan/ kerusakan pengelolaan jaringan.

Kerugian Topologi Star :

n Boros kabel,

n Perlu penanganan khusus,

n Kontrol terpusat (HUB) jadi elemen kritis.

Topologi Tree

Topologi Tree dibangun oleh Bus network yang dihubungkan secara bersama-sama. Contoh, setiap gedung dalam suatu kampus memiliki bus network yang telah terpasang, maka setiap network dapat disambungkan secara bersama untuk membentuk sebuah tree teknologi yang bisa mengcover semua kampus. Karena Topologi Tree terdiri dari topologi bus yang dihubungkan secara bersama, maka topologi tree memiliki karakteristik yang sama dengan topologi bus.

Dia dapat mensupport baik baseband maupun broadband signaling dan juga mensupport baik contention maupun token bus access.

Metode Akses

Yang dimaksud dengan metode akses atau metode pengambilan data oleh system dari jaringan adalah bagaimana atau cara system menggunakan jaringan secara bersama.

1. CSMA / CD

2. Token Passing

• Carrier Sense Multiple Access with Collision Detection (CSMA/CD), setiap perangkat akan mendengarkan trafik saluran data, jika terjadi gap maka perangkat akan melakukan transmisi data.
• Control Token, bentuk polling terdistribusi, sebuah token akan lewat station satu per satu sebagai sinyal kepada station untuk mentransmisi data.

Metode Perencanaan LAN Yaitu:

Seorang administrator network yang bertanggung jawab terhadap jaringan.

Pengalokasian IP address dengan subnetting.

Peta letak komputer dari LAN dan topologi yang hendak kita gunakan.

Persiapan fisik yang meliputi perkabelan dan peralatan lainnya.

Pengertian IP

IP adalah alamat yang diberikan pada jaringan komputer dan peralatan jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP. IP address terdiri atas 32 bit angka biner yang dapat dituliskan sebagai 4 kelompok angka desimal yang dipisahkan oleh tanda titik, Contoh : 193.160.5.1.

Ada 3 macam type IP Address, yaitu :

-IP Address kelas A à Untuk jaringan dengan jumlah host yang sangat besar.

-IP Address kelas B à Untuk jaringan berukuran sedang dan besar.

-IP Address kelas C à Untuk jaringan berukuran kecil-LAN.

Langkah-langkahnya Untuk membuat sebuah jaringan komputer kecil (LAN)

ada beberapa peralatan dan bahan yang kita butuhkan seperti :

· Tang Cramping
* Lan Tester
* Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair) / Coaxial (jarang digunakan)
* Connector RJ45 / connector kabel coaxial
* switch-hub
* min 2 buah PC (Personal Computer) beserta LAN Card atau NIC (Network Interface Card)

·
Lalu kita tentukan susunan kabel UTP yang akan kita gunakan sesuai dengan fungsinya. misalkan kalau kita hendak menghubungkan langsung dari PC-PC maka kita gunakan CROSS, kalau kia hubungkan ke switch-hub lebih dulu, PC-HUB, maka kita gunakan STRAIGHT. jika kita hendak menghubungkan 2 LAN maka HUB-HUB kita gunakan CROSS, kita juga bisa gunakan STARIGHT jika pada salah satu HUB terdapat port uplink.
untuk memudahkan dalam menghapal susunan kabel, kita bisa gunakan salah satu cara yang saya pakai, yaitu STRAIGHT -> OBHC kalau CROSS -> HBOC.

STRAIGHT -> OBHC

O -> putih orange - orange
B -> putih hijau - biru
H -> putih biru - hijau
C -> putih coklat - coklat

CROSS -> HBOC

H -> putih biru - hijau
B -> putih hijau - biru
O -> putih orange - orange
C -> putih coklat - coklat

jika anda memiliki cara yang lain silahkan diterapkan, gak harus seperti diatas. kemudian silahkan setiap ujungnya diujicoba menggunakan lan tester. kalau lampu menyala sesuai yang diharapkan, maka anda telah berhasil dalam proses cramping. silahkan dipasang pada lan card PC anda.

untuk mengatur IP maka yang kita pikirkan adalah berapa no group IP yang digunakan pada LAN anda. biasanya untuk jaringan lokal menggunakan group IP 172.17.X.X, 192.168.X.X 202.168.X.X atau 10.10.X.X. untuk jaringan lokal, minimal yang diatur adalah :

IP address : 192.168.1.2 (misal)
Subnet mask : 255.255.255.0 (misal)

untuk default gateway dapat anda isi jika anda hendak menghubungkan jaringan lokal anda dengan jaringan luar (baik jaringan lokal lainnya atau internet). untuk DNS server akan anda isi jika anda terhubung dengan internet. DNS server ini tergantung dengan aturan yang ditetapkan oleh provider, Telkom Speedy, dll.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More